Senin, 25 Agustus 2008

Seperti Lilin


Tak biasanya listrik di tempatku mati. Biasanya dengan sombongnya aku akan bercerita ke banyak teman tentang daerahku, terutama rumahku yang nggak kena giliran pemadaman listrik dari PLN. Namun malam ini beda, Listrik di rumahku padam juga. Yuuhhh

Untunglah aku mempunyai banyak Lilin, memang kepikiran untuk menyimpan, siapa tahu suatu saat butuh. Ternyata malam itu butuh bneran. Lilin segera dinyalakan, ruang pun terang kembali, remang-remang tepatnya. Menikmati suasana remang itu, aku pun manyun, duduk sambil minum teh kotak dan medengarkan radio dari HP.

Secara tidak sengaja pandanganku jatuh ke lilin. Cahaya lilin yang bergoyang-goyang diterpa angin, begitu menarik perhatian, sampai akhirnya Aku memikirkan begitu banyak hal tentang lilin, dan salah satunya adalah teringat tentang bagaimana menyalakan lilin. Jika kita hendak menyalakan banyak lilin, kita tidak perlu menyalakan menggunakan korek api satu persatu. Cukup satu lilin dinyalakan kemudian lilin yang lain mengambil api dari lilin yang telah dinyalakan. Demikianlah lilin bisa berbagai api, tanpa kehilangan api yang telah dimilikinya. Meski banyak lilin dinyalakan dari satu lilin, tapi lilin yang menjadi sumber api itu tak akan pernah kehilangan apinya.

Lilin, api, dan berbagi. Api adalah nilai lebih dari lilin. Bagi lilin, api adalah sesuatu yang menjadikan dirinya berarti. Bagi lilin, api adalah kebaikan, kebajikan yang dimilikinya yang menjadikan si lilin bermanfaat bagi lingkungannya. Meski demikian, banyak lilin yang dinyalakan dari api yang dimiliki lilin lain, tanpa membuat lilin yang dijadikan sumber api kehilangan api. Ketika lilin berbagi nilai lebihnya, yaitu api, ke lilin lain, maka lilin tersebut tidak akan kehilangan nilai lebihnya. Ketika lilin berbagai kebaikan, maka lilin itu tidak akan kehilangan kebaikannya itu.

Seperti kita juga, bangsa manusia. Setiap dari kita, setiap orang, pasti memiliki nilai lebih dan kebaikan yang bermanfaat buat diri dan orang lain, buat lingkungan juga. Kadang, ada orang yang menggunakan nilai lebih dan kebaikannya itu sebagai bagian dari kampanye keakuan, kampanye ego. Kampanye untuk mengesankan bahwa dirinya lebih baik dari orang lain.

Hal tersebut sah-sah saja, pilihan hidup orang, karena dia yang akan menanggung dari pilihannya itu. Namun jika mau belajar dari Lilin, ada baiknya kalau kebaikan, nilai lebih yang kita punya itu kita tularkan ke orang lain. Dengan demikian makin banyak orang yang memiliki nilai lebih, serta makin banyak yang berbuat baik. Toh, dengan mengajak, mengkondisikan, menginspirasi orang lain untuk berbuat sesuatu yang baik, tidak akan mengurangi kebaikan yang kita perbuat.

Seperti lilin..

Tidak ada komentar: