Sabtu, 30 Januari 2010

Berterimakasih : Menjadi Orang Yang Langka


Sudahkan kita berterimakasih hari ini kepada orang lain atas apa yang mereka lakukan kepada kita? Kepada yang menyediakan minum di pagi hari, kepada yang menyiapkan pakaian kita, kepada orang yang membantu kita ke tempat tujuan aktivitas kita, dan kepada orang-orang yang tak terhitung banyaknya yang melakukan sesuatu untuk diri kita?

Ada begitu banyak orang setiap hari yang begitu berjasa terhadap kita, dan kita sering menempatkan apa yang telah dilakukan orang lain itu merupakan keharusan, merupakan kewajiban yang dilakukan untuk kita, sehingga tidak perlu menyampaikan terimakasih.

Sayang sekali jika sikap kita demikian, karena pada dasarnya kita tak akan mungkin hidup tanpa jasa orang lain. Tak salah apabila terimakasih merupakan standar baku dalam etika pergaulan. Bagaimana kita menghargai satu makna pergaulan, pertemanan, bahkan dan bekerja dan usaha pun, terimakasih adalah hal yang “wajib” atas nama etika. Orang-orang yang tidak tahu terimakasih sering dikatan sebagi orang yang tidak beretika.

Berterimakasih tidak semata-mata etika untuk menyenangkan orang lain. Lebih dari itu, berterimakasih adalah salah latihan untuk menurunkan ego kita, keakuan kita. Mengapa demikian? Karena ucapan berterimakasih pada dasarnya lahir karena respek, karena penghormatan terhadap sesuatu yang dilakukan oleh orang lain, dan perlakuan itu menjadikan kita mendapat.

Dengan demikian, ada unsur pengakuan terhadap kelebihan orang lain, sekaligus ada pengakuan terhadap kekurangan diri kita sehingga orang lain melakukan sesuatu untuk kita. Aada unsur pelepasan terhadap watak “aku”, ada unsur untuk melepas ego, ada unsur kerendahan hati, sehingga berterimakasih merupakan latihan untuk melepaskan ego.

Seorang bijaksana pernah mengatakan bahwa salah satu orang yang langka, yang sulit ditemui adalah orang yang tahu terimakasih, orang yang membiasakan berterimakasih Sikap berterimakasih kadang diremehkan, menganggap hanya sebagai bagian dari lipstik pergaulan, sekedar untuk menyenangkan orang lain. Jika ini yang dilakukan, maka kita akan memaknai terimakasih sebatas pada basi-basi semata. Tidak salah memang, daripada orang yang tidak pernah berucap terimakasih sama sekali.

Ketika sebagian besar orang-orang menggunakan pengertian berterimakasih yang sederhana tersebut, kita dapat menggunakannya sebagai latihan yang lebih tinggi, dan jika dilakukan dengan baik, bisa jadi kita mampu menekan ego dan keakuan kita. Jika itu terjadi, maka kita sudah menjadi manusia langka, manuasia tanpa ego dan keakuan.

Terimakasih telah bersedia membaca tulisan saya ini.