Kidang talun
mangan Kacang talun
Mil kethemil mil kethemil
si Kidang mangan Lembayung
Membaca postingan tersebut, tentu saja yang terlintas di benak Saya adalah memori masa kecil, ketika Ibu Saya menyanyikan lagu itu untuk Saya, dengan memainkan tangan seolah2 tanduk Kijang yang terangguk2 mengikuti gerakan kepalanya. Setelah itu Ibu akan bilang, “ayo kidangnya makan lembayung dulu..” , dan dengan senyum lebar Saya tidak lagi ngeyel dan menolak makan, dengan senang hati akhirnya makan nasi beserta sayurnya dengan lahap..
Beberapa hari kemudian ketika melihat tulisan tentang lagu itu, Saya kembali berpikir tentang hal lain, berikut ini :
Pertama, Saya khawatir bahwa lagu itu masuk dalam zona lagu masa lalu, yang akan tenggelam seiring dengan waktu. Betapa tidak, anak-anak sekarang Saya yakin gak akan populer dengan lagu itu, kalaupun masih menyanyikan lagu anak2 tentunya bukan lagu itu, dan kalupun masih ada yang menyanyikan lagu itu, tentu jumlahnya makin sedikit. Beberapa hari yang lalu ketika Saya berkunjung ke rumah salah satu teman, gak jauh dari rumahnya serombongan anak2 malah sedang asyik bergoyang mengikuti irama lagu dangdut dewasa, “oooo ooooo kamu ketahuannnnn” (kata teman tuh VCD pementasan dangdut, berarti goyang hot ala penyanyi dangdut tuh yang anak2 tonton.. oooo oooo kamu ketahuannnnn). Juga dalam kontes penyanyi cilik di salah satu stasiun televisi swasta, lagu-lagu yang dibawakan sebagian besar termasuk kategori dewasa…
Kedua, dulu Saya bingung banget membedakan antara Kidang dan Menjangan. Tapi toh setidaknya mengenal Kidang, mengenal Menjangan, dan melihatnya. Saya khawatir, anak-anak besuk hanya akan dapat membayangkan atau berimajinasi untuk melihat Kidang. Mereka hanya bisa melihat melalui gambar, buku2, atau animasi Komputer. Barangkali berlebihan, tetapi di jaman sekarang saja, salah seorang teman bercerita kepada saya tentang keponakannya yang tidak bisa membedakan Kerbau dan Sapi. Meski awalnya menertawakan cerita itu, toh akhirnya saya berjumpa juga dengan orang (bukan anak2 lagi, dah kuliah tahun pertama) yang tidak bisa membedakan Kerbau dan Sapi, ditambah juga Dia tidak bisa membedakan Bebek (itik) dengan Menthok. Itu Terjadi di jaman sekarang, bagaimana dengan beberapa puluh tahun kedepan? Juga kondisi belum adanya kesadaran bersama dari bangsa manusia untuk berbagi tempat di bumi dan ikut melindungi bangsa Kidang dari pembunuhan masal dan perburuan.
Ketiga, Saya khawatir juga bahwa jangan-jangan yang tidak tahu lagu itu, atau bahkan tidak tahu Kidang, adalah anak Saya juga (besuk, kalau sudah beristri dan sudah punya anak). Bisa jadi, anak Saya ngeyel dengan mengatakan bahwa nama hewan itu adalah Pooh ketika melihat beruang, atau Bona untuk menamakan Gajah, juga karakter2 yang lain untuk mengganti nama hewan yang ada. Bisa juga, anak Saya besuk lebih suka mengoleksi gambar dan boneka Anime, daripada mengenal hewan-hewan dan tanaman disekitar kita. Putus sudah generasi Agraris di keluarga Saya kalau itu terjadi..
Begitulah, Saya berharap, kita semua dapat melanjutkan balada si Kidang Talun ini, jangan sampai berlalu begitu saja, karena Kidang Talun, tidak hanya bercerita tentang si Kidang, tapi juga bagaimana kita menjadi bagian dari harmoni semesta alam
Ops, Anda tahu tanaman Lembayung