Jumat, 10 Juli 2009

Jangan Menunda Kebaikan


Seorang sahabat pernah merasa menyesal dengan apa yang dia lakukan. “Kami sekeluarga berencana menjenguk sore itu di rumah sakit, namun entah mengapa kami kepikiran untuk menunda besuk sorenya saja, sekalian ke toko buku, belum kesampaian kami menjenguk, dia telah meninggal” demikian cerita penyesalnnya

Sahabat tersebut menunda untuk menjenguk seorang familinya yang sedang sakit, namun ketika pikiran itu muncul, dia memilih untuk menundanya, dan akhirnya tidak mendapat kesempatan untuk menjenguknya karena keburu meninggal.


Dengan kejadian yang persis sama, baru-baru ini saya mengalami sendiri, menunda untuk menjenguk seorang temang yang sakit, dan akhirnya tidak berkesempatan menjenguk karena dia keburu meninggal. Aneh memang, bahwa kadang kita menunda untuk melakukan satu kebajikan meski itu sudah kepikir dengan jelas.


Sewaktu saya KKN (Kuliah Kerja Nyata), saya pernah bertanya kepada warga kampung tempat saya KKN, apa tidak kepikiran untuk kerja bakti menguruk jalan-jalan yang berlubang? Toh jika semua hadir nggak sampai siang hari juga sudah kelar. Melalui kepala kampung yang diamini oleh ampir semua warga, dijawab “ Kami sudah lama kepikiran tapi entah kapan bisa terlaksana” hehehe


Kadang kita bermain-main dengan waktu dalam melaksanakan kebajikan. Sering sekali kita sudah memikirkan hendak melakukan sesuatu kebaikan, tapi kita menunda dengan alasan-alasan lebih baik besuk, mungkin kesempatan lain, atau masih ada hari esuk.


Bermain-main dengan waktu dalam melaksanakan kebajikan sungguh berbahaya. Mengapa? Karena sebetulnya kita tidak pernah tahu kapan waktu terbaik kita berbuat baik. Kita tidak pernah tahu apakah akan ada kesempatan lagi setelah detik ini untuk berbuat baik, karena hidup kita sampai kapan atau kondisi dunia seperti apa setelah detik ini, kita tak pernah tahu.


Pada kasus apa yang yang sahabat saya dan saya alami, mungkin itu adalah pembelajaran bagi kami untuk tidak menunda kebajikan yang bisa dilakukan saat ini, dan untuk tidak mengulanginya lagi dikemudian hari. Namun bagaimana jika justru kamilah yang mengalami maut? Tentu kami tak ada lagi kesempatan berbuat baik.


Waktu dan kesempatan itu tidak pernah terulang, itulah sebabnya berbahaya jika kita terus menerus berpikir untuk menunda kebaikan dengan berpikir masih ada kesempatan lain. Mungkin kita bisa berpikir untuk menunda satu bentuk kegiatan kebaikan, wujud kegiatan, tapi jangan sampai kita menunda kebaikan itu sendiri.


Sedangkan setiap kesempatan kita, setiap saat, setiap detik kita terus menerus bisa melakukan kabaikan. Selalu ada kesempatan untuk melakukan kebaikan. Bersikap ramah dan simpatik terhadap semua orang tentu bisa dilakukan kapan saja. Berpikir dan berharap terhadap kebaikan, kesuksesan dan kebahagiaan semua makhluk bisa dilakukan kapanpun. Tidak membenci siapapun bisa dilakukan kapan saja.


Menghormati orang tua, berderma kepada orang membutuhkan, tak harus menunggu waktu-waktu khusus, karena kita berpacu dengan waktu. Ada banyak sekali bentuk kebaikan yang bisa dilakukan setiap saat, tinggal disesuaikan dengan kondisi kita saat itu. Namun sebetulnya tak ada alasan untuk mengatakan kalau kita belum ada kesempatan untuk berbuat baik.


Seorang Guru pernah bertanya kepada muridnya, “Apakah Kamu sering merenungkan kematian?”

Murid tersebut menjawab, “Tujuh kali dalam sehari, bagaimana dengan Guru?”

“Setiap saat Saya merenungkan kematian, sehingga saya tahu bahwa kematian bisa datang setiap saat, sehingga setiap saat kita harus berbuat baik.” Jawab Sang Guru


Jangan tunda kebaikan kita, kebaikan apapun yang bisa kita lakukan saat ini, detik ini, ..

2 komentar:

Mama Bintang Luna mengatakan...

bener bgt.... nice posting..

triwied mengatakan...

hehe, pernah ngalamin?