Pada sauatu ketika, daerah tepat tinggal saya mati
listrik di malam hari. Tentu saja suasana menjadi gelap. Suasana menjadi
sepi. Orang enggan keluar, tanpa lampu
kampung pun serasa kampung mati. Hanya ada titik-titik api kecil dari dalam
rumah, menggunakan penerangan sementara, entah lilin atau lampu baterai.
Bosan dalam rumah, saya
memilih untuk duduk-duduk di luar dengan
beberapa teman. Kebetulan samping kampung kami masih beruapa area persawahan.
Meski gelap tanpa lampu, suasana malam itu cukup terang, karena bulan mendekati
hari purnama, dan tanpa mendung.
Lagi asyik ngobrol, satu
keluaraga kecil tetangga datang ke tempat kami.Bapak, Ibu dan seorang anaknya. Anak yang masih berusia TK itu nampaknya takut
gelap, terbukti dengan rewel dan menggigil. Ibu anak tersebut mengendongnya
dengan penuh kesabaran, sementara si Bapak tampak mencoba menenangkan anaknya.
Mereka kemudian duduk tak jauh dari kami duduk ngobrol.
Si Bapak tersebut kemudian
menunjuk langit seraya menoleh kepada anaknya, ‘liat itu Adik, banyak bintang
disana, ayo dihitung, ada berapa jumlahnya ”. Si anak nampak mengintip
dari pelukan Ibunya, dalam rasa ketakutan, nampak wajah keingintahuannya. ‘Ayo
adik hitung, banyak sekali bintang disana bukan? kalau nggak ada malam, bintang
itu gak keliatan lho, jadi kenapa Adik harus takut malam dan gelap ?’
lanjut si Bapak.
Anak itu kemudian nampak
antusias melihat bintang, sambil serasa kagum.mungkin ini pertama kalinya dia
memperhatikan betul benda langit bernama bintang. Belum hilang wajah antusias,
Bapak itu melanjutkan ‘lihat adik, ditengah sawah, banyak kunang-kunang menari,
bagus bukan ? kalau tak ada malam dan gelap, kita tidak bisa melihat kunang-kunang
menari lho’ terang si Bapak. Anak itu nampak lebih antusias, keluar dari gendongan
ibunya, dan mulai meninggalkan rasa takutnya terhadap gelap.
Mendengar obrolan itu, saya
menjadi ingat nasehat ibu di masa kecil, bahwa tak perlu takut dengan malam.
Hanya malam yang bisa membuat langit nampak indah penuh bintang. Ingatan itu
menjadi lebih jelas dengan mendengar obrolan tetangga kepada anak kecilnya.
Begitulah, kadang kita merasa
takut menghadapi sesuatu yang tidak diharapkan, yang jauh dari ideal yang kita
inginkan. Sementara kadang di balik itu semua, jika kita mau menghadapinya,
kita justru mendapatkan banyak keindahan yang baru mucul setelah kita
merasakannya. Kadang kita dihantui oleh perasaan kita sendiri, berpikir betapa
beratnya melewati sesuatu yang gelap, sementara justru gelap itu menunjukkan
betapa langit itu indah dengan bertabur bintang. Padahal gelap malam sendiri kita tak bisa menghindar, harus
melewatinya. Tinggal kita akan melewati dnegan pebuh ketakutan, atau dengan
penuh keindahan, tergatung kita sendiri.
2 komentar:
Menurut standar KPK, harus ada dua bukti agar kejadian ini bisa dipercaya benar terjadi. Mana buktinya? Wkwkwk
buktinya tanyakan pada bintang di langi :)
Posting Komentar