Jumat, 14 Juni 2013

Melihat Bintang





Pada sauatu ketika, daerah tepat tinggal saya mati listrik di malam hari. Tentu saja suasana menjadi gelap. Suasana menjadi sepi.  Orang enggan keluar, tanpa lampu kampung pun serasa kampung mati. Hanya ada titik-titik api kecil dari dalam rumah, menggunakan penerangan sementara, entah lilin atau lampu baterai.

Bosan dalam rumah, saya memilih untuk duduk-duduk  di luar dengan beberapa teman. Kebetulan samping kampung kami masih beruapa area persawahan. Meski gelap tanpa lampu, suasana malam itu cukup terang, karena bulan mendekati hari purnama, dan tanpa mendung.

Lagi asyik ngobrol, satu keluaraga kecil tetangga datang ke tempat kami.Bapak, Ibu dan seorang anaknya.  Anak yang masih berusia TK itu nampaknya takut gelap, terbukti dengan rewel dan menggigil. Ibu anak tersebut mengendongnya dengan penuh kesabaran, sementara si Bapak tampak mencoba menenangkan anaknya. Mereka kemudian duduk tak jauh dari kami duduk ngobrol.

Si Bapak tersebut kemudian menunjuk langit seraya menoleh kepada anaknya, ‘liat itu Adik, banyak bintang disana, ayo dihitung, ada berapa jumlahnya ”. Si anak nampak mengintip dari pelukan Ibunya, dalam rasa ketakutan, nampak wajah keingintahuannya. ‘Ayo adik hitung, banyak sekali bintang disana bukan? kalau nggak ada malam, bintang itu gak keliatan lho, jadi kenapa Adik harus takut malam dan gelap ?’ lanjut si Bapak.

Anak itu kemudian nampak antusias melihat bintang, sambil serasa kagum.mungkin ini pertama kalinya dia memperhatikan betul benda langit bernama bintang. Belum hilang wajah antusias, Bapak itu melanjutkan ‘lihat adik, ditengah sawah, banyak kunang-kunang menari, bagus bukan ? kalau tak ada malam dan gelap, kita tidak bisa melihat kunang-kunang menari lho’ terang si Bapak. Anak itu nampak lebih antusias, keluar dari gendongan ibunya, dan mulai meninggalkan rasa takutnya terhadap gelap.

Mendengar obrolan itu, saya menjadi ingat nasehat ibu di masa kecil, bahwa tak perlu takut dengan malam. Hanya malam yang bisa membuat langit nampak indah penuh bintang. Ingatan itu menjadi lebih jelas dengan mendengar obrolan tetangga kepada anak kecilnya.

Begitulah, kadang kita merasa takut menghadapi sesuatu yang tidak diharapkan, yang jauh dari ideal yang kita inginkan. Sementara kadang di balik itu semua, jika kita mau menghadapinya, kita justru mendapatkan banyak keindahan yang baru mucul setelah kita merasakannya. Kadang kita dihantui oleh perasaan kita sendiri, berpikir betapa beratnya melewati sesuatu yang gelap, sementara justru gelap itu menunjukkan betapa langit itu indah dengan bertabur bintang. Padahal gelap malam sendiri kita tak bisa menghindar, harus melewatinya. Tinggal kita akan melewati dnegan pebuh ketakutan, atau dengan penuh keindahan, tergatung kita sendiri.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Menurut standar KPK, harus ada dua bukti agar kejadian ini bisa dipercaya benar terjadi. Mana buktinya? Wkwkwk

triwied mengatakan...

buktinya tanyakan pada bintang di langi :)