Seorang teman
baik yang kebetulan sedang di Jogja,
menyampaikan keinginannya untuk mencoba makan Mie jawa., kuliner Jogja yang
khas. Tentu saja, dengan senang saya mengajaknya ke salah satu tempat makan Mie
Jawa yang cukup terkenal, di daerah alun-alun utara.
Tempatnya sangat
ramai, sehingga sudah biasa bagi pembeli bakmi Jawa di tempat ini untuk
berbagai meja. Demikian juga kami malam itu. kami harus berbagi dengan dua
orang bapak. Dari pembicaraan yang
terdengar, kami tahu mereka berdua adalah teman akrab sejak lama.
Karena satu
meja, kami tentunya saling bertegur sapa. Segan juga, mengingat usia beliau
yang diatas kami, beliau sudah kuliah ketika kami belum lahir J.
Dari obrolan tentang porsi bakmi jawa di tempat ini yang semakin berkurang,
hingga data kuliner Jogja yang layak dikunjungi. Obrolan berlangsung santai,
akrab, meski kami sebetulnya tidak saling mengenal. Dari lelucon bahwa,
mengenal kuliner Jogja hanya setelah bekerja, karena sewaktu kuliah tak sempat
mencari, plus emang gak punya duit, daging-daging yang pernah dimakan, sampai
bagaimana beliau berdua ini menghidupi biaya hidup dengan melatih taekwondo
ketika kuliah.
Semua mengalir
begitu saja. Sampai akhirnya beliau berpamitan untuk melanjutkan mencari
tempat-tempat memorable semasa kuliah dulu. Kami pun bergegas untuk melanjutkan
acara lain. Namun betapa kagetnya, ketika ternyata beliau sudah membayar makan
kami. Kami mencoba menanyakannya, namun dengan kalem beliau menjawab “Kami
pernah muda seperti kalian, berjuanglah, pada saatnya nanti kalian akan
memetiknya”
Tak pernah
membayangkan sebelumnya, bagaimana kami ditraktir makan oleh orang yang tidak
dikenal sebelumnya. Senang tentu saja. Namun lebih dari itu, kami mendapat
pelajaran bahwa, ternyata perbuatan baik itu bisa dilakukan kapanpun. Sering
kita bertanaya, kapankah ada kesempatan berbuat baik? Kesempatan itu ada
kapanpun, tinggal kita mau atau tidak, atau kita cukup peka atau tidak bahwa
kesempatan itu selalu ada.
Kapanpun, kita
mau dan mampu, kita bisa membantu menyeberang jalan untuk orang tua atau tuna
netra, kita bisa beli makanan berlebih sedikit dan sebagian kita berikan kepada
tuna wisma, kita bisa berbagi payung, memboncengkan teman yang kebetulan tak
ada kendaraan. Banyak sekali kesempatan itu. tak terhitung! dan ada saja
orang-orang yang bisa menjadi obyek perbuatan baik setiap saat, tak harus
kenal, tak harus akrab!
Terimakasih telah
diingatkan akan begitu banyaknya kesempatan kebaikan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar