Senin, 04 Mei 2009

Ironi Nyadran


Di daerah tempat tinggalku, di Temanggung, ada tradisi Nyadran. Nyadran intinya adalah sebuah pesta adat untuk memberikan syukur terhadap Tuhan terhadap apa yang sudah diraihnya, serta berharap terhadap perbaikan hidup dimasa berikutnya.

Nyadran ini bisa dilakukan dengan alasan yang bermacam, namun memilikik kemiripan, misalnya nyadran Kuburan, yang kemudian diikuti membersihkan makam leluhur olah para ahli warisnya, nyadran tempat2 yang dikeramatkan, nyadran mata air, atau sekedar nyadran yang disesuakain pada event tertentu, misalnya bulan agustus bersamaan dengan peringatan hari kemerdekaan RI.

Nyadran dilakukan juga berdasarkan hari tertentu pada bulan tertentu menurut kalender Jawa, misalnya Jumat Kliwon atau Jumat Pahing pada bulan Ruwah, atau hari yang lain di bulan lain berdasarkan tradisi adat masing-masing kampung.

Di kampung simbahku tinggal, terdapat tradisi nyadran Kali, nyadran untuk mata air. Sebetulnya kearifan lokal yang terjandung dari upacara ini adalah rasa syukur warga setempat terhadap mata air yang muncul, yang sangat bermanfaat terhadapa hidup warga kampung.

Namun sayang sekali, rasa syukur itu selalu terjebak pada upacara2 ritual semata, dan kemudian lupa kearifan yang lain. Nyadran hanya dipandana sebagai seuatu keharusan adat dan tradisi tanpa diimbangi dengan pengetahuan tentang alam yang cukup.

Akibatnya, tiap tahun nyadran dilakukan, namun perusakan alam jalan terus. Pohon2 besar2 bertumbangan, digantikan tanaman yang dianggap lebih produktif. Bahaan areal sekitar mata air juga tidak dilarang untuk didirikan bangunan beton.

Orang lupa, ritual semata tidak dapat menjawab dan melawan kodrat alam. Air, tanah, pepohonan, dan lingkungan besar memiliki hukumnya sendiri. Hukum alam, dan kita manusia semesthinya bisa menyelaraskan kepentingan hidup manusia dengan hukum alam. Jika tidak bencana tinggal menunggu waktu.

Itulah ironi dari nyadaran di kampung tempat tinggal simbahku. Nyadran tahun ini hanya berupa pesta di bekas mata air. Mata air atau tuk dalam bahasa jawa, yang tadinya melimpah dan ada puluhan, sekarang tersisa tak lebioh dari 5 mata air. Yang lain tinggal berstatus sebagai bekas mata air.

Semoga kedepan, masyarakat menjadi sadar bahwa, segala doa dan ritual apapun, dalam bahasa apapun hanya akan bermanfaat jika diimbangi dengan pengetahuan tentang Hukum alam itu. Menyeleraskan kepentingan manusia dengan hukum alam, itulah sebetulnya inti dari upacara nyadran. Jangan sampai kejadian Nyadran suatu hari nanti adalah berupa peringatan terhadap matinya kali dan mata air, hanya mendoaakan kali yang sudah mati.





Jumat, 01 Mei 2009

Resep Hidup Anti-Menderita


Cerita ini adalah cerita yang benar2 terjadi. Pelakunya adalah orang yang sangat aku kenal. Kejadiannya ketika Beliau menjadi kepala sebuah intansi pemerintahan.

Berawal dari sering ada keluhan dari para bawahannya tentang hidup. Kenapa sih hidup ini tidak memuaskan? Kenapa sih kita akan ditimpa banyak kemalangan? Bagaimana kita bisa menikmati hidup senang terus dan gak ada kemalangan?

Dengan makin seringnya obrolan tentang hidup itu, beliau kemudian menawarkan sebuah resep. Resep tentang agar hidup selalu bahagia. Maka pada suatu hari diumumkan kepada para bawahannya, siapa yang hendak mendapat resep agar hidup selalu senang berkumpul di aula.

Bukan main peminatnya, semua pegawai ikut berkumpul, bahkan hingga satpam dan petugar kebersihan, semua berkumpul menunggu “wejangan" dari beliau tentang resep agar hidup tidak pernah menderita, dan selalu bahagia.

Setelah semua berkumpul, acara pun dimulai..

"Siapa yang mau hidup di dunia ini selalu mujur, menyenangkan dan tidak ada kemalangan?"

Semua pun menjawab “sayaaaaa”

"Baiklah, ada resep untuk itu semua, pertama, jika anda semua menghendaki selau mujur, menyenangkan dan tidak ada kemalangan sedikitpun, selalu menyenangkan, maka dunia ini bukan tempat anda, gak akan di temuai di dunia ini hidup yang seperti itu"

"Kedua, semua apapun yang yang terjadi tergantung anda menyikapi, tergantung pikiran anda, mau senang atau susah, adalah pilihan hidup.. demikian, terimakasih."

Wejangan singkat itu mencerahkan bagi beberpa orang, membingungkan bagi beberapa yang lain, tetapi memang benar, jika menghendaki selau mujur, menyenangkan dan tidak ada kemalangan sedikitpun, selalu menyenangkan, maka dunia ini bukan tempat anda, gak akan di temui di dunia ini hidup yang seperti itu. Sikap kitalah yang menentukan senang dan sedih dari setiap kondisi yang kita dapatkan.

*selamat pensiun per 1 Mei 2009, hari ini kepada Beliaunya, karya anda akan tetap berlanjut di tempat yang berbeda..