Rabu, 03 Desember 2008

Buku Tanpa Cover


Buku itu sebetulnya gak terlalu tua, namun karena covernya hilang, bahkan sobek hingga daftar isi maka keliatan kucel. Buku itu kepunyaan salah seorang temanku. Temanku sangat mengagummi isi buku itu, bahkan sangking sayangnya sama buku tanpa cover itu, dia bertekad tidak akan menyerahkan buku itu kepada siapapun.

“Buku itu berisi tentang bagaimana kita menyikapi hidup Bicara kehidupan sehari-hari, bagaimana kita menjadi bergembira dengan keadaan yang kita dapatkan.” Seru temanku. Itulah kata2 yangs erring aku dengar setiap dia menceritakan isi buku itu.

“Terbukti kata buku itu. Selama ni kita salah, selalu menyalahkan orang lain atas kemalangan yang kita dapatkan, tapi kita lupa bahwa kita sendiri harusnya melihat kedalam dulu, apakah kita sudah melakukan yang terbaik Jangan2 kamu yang tidak jelas membuat pesanan.” katanya menegurku setelah aku marah kepada penjual warung makan yang lambat memenuhi pesananku

Dia juga menegurku ketika aku menyesali jemuranku yang kehujanan.. “Terus mau kamu apakan? Kamu memangis dan meraungpun tak akan membuat cucianmu kering . Yang terpenting adalah bagaimana kamu menyiasati segera karena cucianmu basah. Yang lalu sudah tidah bisa berubah, tapi kamu bisa membuat sesuatu yang berbeda untuk masa depan dengan tindakan saat ini. Demikian kata buku itu” katanya dengan bijak

Hidup ini pilihan, setiap pilihan mengandung resiko, yang penting kamu bertanggungjawab dan siap menerima konskuensi dari pilihan hidupmu. lagi-lagi dia bijaksana banget ketika menesehatiku ketika aku bimbang, mau liburan kemana akhir tahun ini. Tentu saja tak lupa memamerkan bahwa buku rusaknya itu mengajarkan itu semua.

Mendadak dia menjadi orang yang sangat bijak. Hanya berbekal buku itu. Buku tanpa cover. Sampai pada satu ketika aku menemukan buku yang lengkap dngan covernya, disebuah kios buku bekas. Aku yakin buku itu sama, setelah melihat sekilas isinya, kira-kira sama dengan yang diceritakan temanku. Hmm.. tentu ini berita yang sangat menggembirakan buat temanku itu.

Sepulang dari kios buku itu, aku langsung ke rumahnya, seraya pamer “Kayaknya kebjaksanaanmu akan aku saingi, lebih bahkan, soalnya aku dah dapat bukunya, lengkap dengan covernya”

Matanya berbinar, kemudian merampas bukuku, dia mengamati covernya dengan tatapan menyelidik. “Kalau kamu tidak keberatan biaralah aku pinjam dulu sebentar, sehari saja, siapa tahu ada berbeda.” Katanya memohon

Aku sama sekali tidak keberatan, mengingat aku belum akan membaca buku itu secepatnya. Namun karena sudah seminggu tak ada kabar, aku mulai resah. Terpaksa seminggu setelah itu aku ke rumahnya untuk mengambil bukuku, tapi dia sedang tidak ada dirumah. Beberapa teman melaporkan semnggu ini juga cerita kalau dia tiba-tiba menjadi pemurung, dan hilang bijaknya. Ah, barangkali dua buku itu isinya beda, jadi dia lagi belajar lagi, pikirku. Sampai pada suatu sore dia datang ke rumahku..

“Buku ini benar sama persis, nih aku kembalikan, sekalian bonus buku tanpa coverku” katanya

“Wah, pas dong, mesthinya kamu suka” senyumku

“Justru itu, aku gak nyangka, berhati-hatlah membaca buku itu” katanya kali ini serius

“Lho emang kenapa? Bukannya kamu yang selalu mendorong aku untuk mengikuti buku itu?”

“Itu, dulu, ketika aku belum tahu covernya”

“Memang ada apa covernya?”

“Gak nyangka, ternyata buku itu ditulis oleh penulis, mengambil dari sumber yang tidak tepat dengan aliran kita, ajaran yang kita anut” katanya pasrah

“Lho, kalau baik kenapa tidak?”

“Mungkin itu baik, tapi bukan dilakukan oleh ajaran kita, itu berbahaya.” Dia nampak putus asa melihat itu semua, sambil berlalu dia berucap, “Seandainya itu ada di ajaran kita, sayangnya bukan, berhati-hatilah membaca buku itu.”

Dia berlalu. Aku terhenyak.Dia yang selama ini memberkan banyak petuah bijak bersumber buku itu, ternyata menjadi tidak lagi percaya setelah tahu bahwa buku itu ditulis bukan oleh kelompoknya. Susah ternyata untuk tidak menghakimi buku dari covernya. Kita seua memang demikian, secara tidak sadar sering melihat masalah hanya sebatas simbol, tanda, atribut atau cover sebagi sesuatu yang penting untuk diterima atau ditolak, dibenci atau disuka, dan melupakan esensi yang sesungguhnya.